PROFESI
WARTAWAN IDEAL
Menjadi wartawan, dari reporter,
redaktur sampai pemimpin redaksi banyak hal yang menyadarkan bahwa profesi di
bidang jurnalistik amat banyak seluk-beluknya dan sementara pengetahuan
jurnalistik sendiri terus berkembangmenyesuaikan diri dengan perkembangan zaman
dan tekhnologi.
Wartawan
merupakan sebuah profesi sama halnya dengan profesi dokter, guru, polisi, yang
pati memiliki kode etik yang harus selalu di junjung tinggi oleh bidang profesi
yang di jalaninya.
Wartawan
menurut kamus jurnalistik berarti : “warta” yang artinya kabar atau informasi
terbaru, jadi secara harfiah wartawan merupakan orang yang secara rutin
melakukan aktivitas jurnalistik, yakni kegiatan mencari, meliput, menulis,
menyusun, menyunting dan menyebarluaskan berita atau informasi melalui media
masa.
Pengalaman
mengatakan menjadi pekerja pers itu merupakan sebuah tanggung jawab yang amat
sangat besar, dan memerlukan kesadaran tinggi dari pribadi-pribadi individu
pers tersebut terutama wartawan, mereka harus mampu mempertanggung jawabkan
hasil karya yang di buat yang dapat merubah pandangan publik kepada khalayak
yang heterogen. Sehingga dunia jurnalistik di sebut self-perception .
Tidak
dapat disangkal, bila dalam kehidupan modern yang semakin kompleks peran
wartawan menempati posisi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat berpaling kepada wartawan untuk mendapatkan informasi. Dengan adanya
hal tersebut dan demi memenuhi harapan masyarakat maka teak pelak lagi
keterampilan menulis dan kecakapan memilih kata sangat menentukan bobot idealisme
seorang wartawan yang menjunjung profesionalisme.
Isi
pesan yang di sampaikan oleh pers harus memiliki 5 fungsi sbb :
a)
Informasi (to inform)
b)
Edukasi (to educate)
c)
Koreksi (to influence)
d)
Rekreasi (to entertain)
e)
Mediasi (to mediate) atau jembatan
penghubung.
f)
Rekreasi (to entertain)
Wartawan ideal adalah wartawan yang
memiliki taggung jawab, memiliki jiwa idealisme, menjunjung profesionalisme,
dan memiliki keinginan komersialisme.
Karena sangat tidak berlebihan jika
detak jantung jurnalisme terletak pada keberhasilan wartawan dalam mengoreksi
informasi dari nara sumber berita melalui wawancara.
Berkaitan
dengan profesionalisme, seorang wartawan harus mampu menjaga nama baik
seseorang dan memperlakukan asas praduga
tak bersalah terhadap mereka yang sedang menjalani proses peradilan atau
diduga melakukan kejahatan merupakan salah satu wujud profesionalisme, seperti
juga sikap tidak memihak dan menghormati hak privasi adalah norma etis yang
harus senantiasa dipegang oleh setiap wartawan
yang profesional.
Bersikap profesional tidak hanya
menguasai norma-norma tekhnis dan menghasilkan karya jurnalistik yang bermutu,
namun juga menghindarkan diri dari bersikap merendahkan martabat kemanusiaan,
menghindarkan diri dari perbuatan melakukan trial
by the press. Selain itu wartawan juga harus memilik nilai-nilai sbb :
a)
Menggunakan kepentingan kelompok sebagai
referensi
b)
Melayani masyarakat dengan baik
c)
Terpanggil atas bidangnya dan komitmen
Dalam negara dunia ketiga peran
wartawan sangat vital yaitu membantu menyampaikan umpan-balik kepada pembuat
keputusan sehingga mereka sangat esensial dalam menjalankan tugasnya.
Berbicara
tentang idealisme, jika kita mengkategorikan sesuatu pemikiran atau gagasan kita
selalu ingin mendapatkan sesuatu yang ideal namun, kita sadar bahwa jika kita
masih terus berpikir ideal kita tidak akan pernah berhenti dalam sebuah titik
yang dinamakan titik puncak kehidupan, karena idealisme selalu jauh dari
kenyataan yang ada, namun idealisme merupakan faham yang akan selalu memotivasi
individu untuk terus berdinamika.
Begitu juga dalam dunia
jurnalistik, lebih spesifik wartawan, wartawan idea adalah wartawan yang selalu
menjunjung unsur-unsur nilai sbb :
a)
Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi
dan HAM
b)
Memenuhi hak masyarakat untuk tahu (hak
people’s right to know)
c)
Mengembangkan pendapat umum berdasarkan
fakta, cerdas dan dalam konteks
memberikan makna
d)
Memperjuangkan keadilan dan kebenaran
e)
Memproyeksikan gambaran yang benar-benar
mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat
Wartawan, praktisi dan humas harus
tetap menjaga hubungan komunikasi yang horizontal yang artinya setara, karena
mereka akan selalu membawa hak independennya masing-masing sehingga jangan ada
faktor akrab yang berlebihan antara 3 pihak tersebut, karena akan memungkinkan
terjadinya kebohongan publik yang di rekayasa.
Selanjutnya
berbicara tentang komersialisme, wartawan harus tetap memiliki pilar penyangga
komersialisme yang dalam hal ini di kategorikan dalam beberapa hal sbb :
a)
Memiliki keahlian melalui penempaan,
pengalaman, pelatihan dan pendidikkan khusus
b)
Mendapat gaji sesuai keahlian, tingkat
pendidikkan dan pengalaman
c)
Seluruh sikap dan perilaku di pagari
dengan ketertarikan dirinya secara moral terhadap kode etik profesi
d)
Memiliki kecintaan dan dedikasi
Poin-poin tersebut dimaksudkan
karena wartawan sebagai pekerja tinta itu membutuhkan suatu penghargaan dan
penilaian dari khalayak tentang dedikasinya dalam dunia jurnalistik.
3
hal diats merupakan pilar penyangga yang harus dimiliki oleh seorang profesi
wartawan ideal.
Dalam
bertindaknya wartawan selalu membawa 2 hak yang penting yaitu : hak untuk tahu
dan hak untuk memberi tahu pada khalayak, namun kadang dalam pelaksanaan
tugasnya bukan sesuatu yang mudah dan selalu mulus, karena masyarakat masih
banyak yang tidak mengetahui kedua hak yang dibawa oleh wartawan tersebut.
Bukan sesuatu yang direkayasa ketika
seorang wartawan menggunakan kartu pers nya untuk dapat masuk dan mencari
berita kedalam suatu tempat, karena kedua hak tersebut seharusnya wartawan
mendapat perlindungan dalam setiap pekerjaaanya.
hubungan antara stakeholder, masyarakat, praktisi dan wartawan merupakan hubungan horizontal yang merupakan hubungan yang setara dan bersifat independent dengan menjunjung profesionalisme. dalam artian setiap elemen yang terkait terutama karyawan harus menggunakan kepentingan masyarakat sebagai referensi rujukannya. sehingga tidak ada elemen yang dirugikan.
Terkadang menjadi seorang waratawan
juga bukan sesuatu yang menyenangkan, hal ini bisa menjadi dilema bagi wartawan
tersebut, bukan berbenturan dengan SIUP seperti pada zaman orde baru namun
berhubungan dengan hati nurani, setiap individu pasti memiliki nurani, ketika
suatu kasus itu berbenturan dengan urusan pribadinya maka sebagai seorang yang
idealis dia harus tetap memegang teguh kebenarannya tanpa melihat siapa yang
terlibat, selain dalam hal komersialisme juga bisa terjadi benturan nurani, hal
ini yang seharusnya mendapatkan perhatian, kesejahteraan wartawan seharusnya
mendapatkan perhatian. agar tidak terbentuk wartawan bodrek dan wartawan amplop.......
silahkan di baca semoga bermanfaat....
saya harapkan ada kritikan dan saran..........
sumber :
Hikmat Kusumaningrat. 2007. Jurnalistik Teori dan Praktek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar