selamat datang

Budaya, Fisik, Sosial, Inspiratif & Inovatif

Sabtu, 24 November 2012

JANGAN HANCURKAN MENTAL PENGABDIAN KAMI DENGAN KESALAHAN ANDA

Banyak pemuda yang terdidik dinegri ini, banyak pula guru yang berilmu dan berkompeten dibidangnya, tapi tidak sedikit dari mereka yang menjadi seorang guru karena tuntutan kehidupan profesi, jadi ketika menjalani sebuah profesi sebagai seorang guru, mereka tidak menjalankannya sebagai suatu profesi yang beretika namun hanya sebagai sebuah profesi sumber pencaharian semata, dan tidak sedikti pula siswa yang belajar hanya dengan orientasi Nilai semata, jadi ketika mereka sekolah mereka hanya mementingkan bagaimana caranya untuk mendapatkan sebuah nilai yang terbaik tanpa memikirkan apakah dia memahami atau tidak ilmu yang didapatnya disekolah.
Fenomena sehari-hari yang lazim kita lihat, Saat kita menengok ke dalam sekolah-sekolah, anak-anak akan berlomba-lomba mendapatkan nilai tertinggi. Namun, apakah ketika mereka mendapatkan nilai tertinggi di kelas itu dapat menjamin dirinya menguasai materi sesuai yang diharapkan? Praktiknya, kita sering menemukan tindakan siswa yang hanya berlomba meraih nilai tertinggi dengan menerapkan segala cara agar dapat lulus dalam semester atau ulangan bahkan UN. Sehingga, ilmu tak menjadi hal yang sangat diperhatikan yang penting memiliki nilai tinggi dan dapat diatas batas kelulusan. Dan, apakah Indonesia akan melahirkan anak-anak yang intelektual jika hanya bersaing nilai tanpa bersaing dalam ilmu yang sebenarnya?. Kita harus melakukan perubahan, berubah menjadi menusia-manusia cerdas yang mampu bersaing dalam dunia internasional, yang bukan hanya sebagian orang, tetapi seluruhnya. Sudah terlalu lama kita mereduksi manusia menjadi sekadar angka-angka statistik saja sehingga membuat penulis berpendapat bahwa pendidikan kita yang selama ini berorientasi pada nilai atau angka-angka itu salah, pelajar dididik agar belajar demi satu ijazah merupakan kesalahan yang sangat fatal dan harus diubah demi kemajuan pendidikan Indonesia.
Atau kita jua sering melihat sebuah fenomena, seorang guru memberikan jawaban atas soal UN dan membagikannya kepada siswa, dengan alasan mereka takut siswa it tidak lulus dan nama sekolah mereka akan jatuh, atau fenomena seorang guru yan labi yang sering memberikan nilai tidak berdasarkan sebuah keobjektifan namun lebih kepada satu hal yang subjektif, atau dengan kata lain siswa tinggal menunggu durian runtuh, dalam hal ini seorang siswa yang rajin mendapatkan nilai yang lebih rendah dari siswa yang malas, dan siswa yang tidak mencontek mendapatkan nilai yang lebih rendah pula dari siswa yang mencontek. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang sering kita rasakan sehari-hari, jadi ada sebuah jargon ketika dalam sebuah dunia kemahasiswaan  bahwa “mahasiswa boleh salah tapi tidak boleh bohong” dan “guru boleh salah tapi tidak boleh kalah’ ini yang membedakan prinsip profesional dan non profesional.
Atau kita juga sering merasakan seorang dosen yang takut pada absen ketua kelasnya, karenadia jarang masuk, dan beliaulebih mementingkan absensi dibanding ilmu yang akan dipahami oleh siswanya, bagaiman itu dikatakan seorang pendidik?

Pemahaman tentang teori dan analisanya

Pendidikkan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, seperti dalam sebuah teori modernisasi, dikatakan bahwa untuk membentuk suatu masyarakat menuju kehidupan yang madani dan berada pada tahap modernisasi dan ikut berpartisipasi dalam arus globalisai dalah dengan adanya manusia kreatif yang menjadi pondasi dasar sebuah bangsa dan negara. Pendidikkan bersal dari kata paid dan agagos yang artinya ilmu untuk bagaimana mengajar atau membina seorang anak. Dari definisi ini seharusnya telah tergambar bahwa pendidikkan itu adalah sebuah prose yang mengajarkan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak faham menjadi faham, dari tidak berbudi menjadi berbudi.
        Setiap masyarakat mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan itu ada yang samar, ada yang mencolok, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang sebagian atau terbatas (Plural), dan ada yang menyeluruh. Perubahan dapat berupa pergeseran nilai sosial, perilaku, susunan organisasi, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya. Semua perubahan itu ada yang maju (progress) dan ada yang mundur (regress) dan semuanya memerlukan sebuah pondasi dasar komponen pembentuk. Pondasi dasar berdirinya sebuah negara dengan tuntutan adanya masyarakat madani yang telah di idam-idamkan oleh setiap bangsa adalah bangsa tersebut harus memiliki manusia-manusia yang memiliki pemikiran cerdas dan tidak kaku dalam  menghadapi arus globalisasi, bangsa yang dapat berkembang dengan baik dan memiliki perekonomian dan tekhnologi serta sains yang maju tidak pernah terlepas dari adanya sistem yang berjalan seimbang dan selaras dengan kemajuan pendidikan di suatu negara tersebut.
Seorang guru yang dalam bahasa lampau diartikan digugu dan ditiru, seharusnya lebih memberi contoh terbaik dengan lebih adil dan bijak dalam menentukan arus pengajaran, walaupun semuanya tidak mutlak seorang guru yang dipersalahkan, karena ini adalah sebuah program pemerintah yang tidak tepat dalam pelaksanaannya. Guru kencing berdiri murid kencing berlari, ini pepatah yang sesuai dengan fenomena ini.
Guru bukanlah sebuah profesi yang hanya menjadikan Uang sebagai imbalannya, namun ada etika moral yang harus diterapkan, bukan sebuah penerapan hedonisme namun lebih kepada suatu panggilan jiwa bagi yang melaksanakannya ada sebuah rasa tanggung jawab dan beban yang besar yang harus dipikul oleh seorang guru, bagaiman profesi seorang guru itu sangat dihormati, diabndingkan profesi lainnya, ketika di rumah atau diluar sekolahpun seorang guru akan tetap dipanggil bapak, berbeda dengan pejabat atau rofesi lainnya yang akan menghilangkan makna bapaknya untuk menghormati, ini membuktikan bahwa profesi guru itu adalah profesi yang sangat terhormat.
Namun sayang saat ini banyak yang masuk dalam dunia pendidikkan atau yang mengambil kuliah jurusan FKIP (fakultas keguruan dan ilmu Pendidikkan ) bukan berdasarkan hati nuraninya namun lebih kepada pertimbangan materi dikemudian hari bagaiman jurusan Guru adalah profesi yang menjanjikan dan akan mudah untuk bekerja dan menjadi PNS (pegawai nunggu Sore) dan ini yang menjadi awal mengapa banyak guru yang kurang berkualitas di negara ini. Mengacu pada sejarah pendidikkan Indonesia, bagaimana Kihajar Dewantara mendirikan taman siswa dengan memiliki kerelaan dan keiklasan sepenuh hati denan pengorbanannya dia rela melepaskan gelar ningratnya dan menjadi rakyat biasa untuk mengabdikan dirinya sebagai seorang pendidik, itu dalah sebuah contoh yang sangat nyata, bagaimana kualitas seorang pendidik yang dibandingkan dengan zaman sekarang berbanding terbalik walaupun ini dipandang dari sebuah sudut konstruktivistis bukan sebagai positivisme yang menggeneralkan, namun tidak sedikit guru yang seperti ini.
Ini adalah sebuah penyakit bangsa ini, ketika matrealisme menjadi sebuah tujan utama maka hasil yang diperolehpun akan sama, siswa yang ditetaskan pun akan memiliki naluri yang pemikiran yang sama, yaitu mereka tidak akan memiliki rasa sebagai seorang siswa namun hanya sebagai sebuah alasan untuk mendapatkan Ijazah dan nilai yang baik, tanpa melihat pemahaman yang akan diturnkan dan diaplikasikan dimasyarakat. Artinya tidak ada proses pendidikkan seperti dalam tridharma perguruan tingi.

analisa untuk hari ini dan kedepan
meningkatkan sebuah sumber daya pendidik adalah satu hal yang mungkin, dan menseleksi profesi keguruan dengan cara yang lebih ketat karena banyak yang lulus dari segi akademik tapi masih banyak pula yang tidak lulus dari segi etika profesinya.
Mahasiswa sebagai telur yang menetas dari sebuah universitas seharusnya mampu menjadi pemeran difusi inovasi dan terus mengembangkan ilmu-ilmu yang dia telah pelajari, yang memiliki selektivitas tinggi dan daya nalar yang tinggi pula, dengan rasa pengabdian yang besar tehadap pengembangan tekhnologi bangsa melalui kebijakan pemerintah yang merata.
Perlu disadari bahwa definisi pembangunan humanistik yang mulia adalah  bahwa pembangunan adalah perluasan kemampuan dan kreativitas rakyat, sebagaimana ditegaskan oleh Nobel Laureate Amartya Sen (Sen, 1999). Pembangunan adalah perihal meningkatkan human capital (Hatta, 1967), yang kemudian secara keseluruhan membentukkan social capital bangsa, bahwa pembangunan haruslah berawal dari human investment agar bisa dengan lebih baik mengelola modal natural resources dan modal financial sebagai tuntutan riil dan empirik  . Hal inilah yang diperlukan bagi peranan pendidikan dalam membangun karakter bangsa, bukan karakter bangsa yang imajiner, karena sumberdaya manusia inilah yang menjadi modal suatu bangsa untuk dapat terus maju dalam kancah persaingan global. Karakter ini akan membawa kekuatan menawar, sebagai ciri martabat bangsa yang akan mampu menjadi sisi yang berani menawar, bukan menjadi bagian yang dilecehkan dan ditawar oleh asing.  
jika sejak kecil kita telah diberikan sistem pendidikkan yang salah atau dengan kata lain mal education, bagaimana kita akan memiliki mental dan moral yang baik, seorang guru kadang hanya melihat kemampuan siswa dari sisi akademik saja, tapi bagaimana dengan siswa yang memiliki kreativitas lain, kadang guru tidak memberikan penilaian tersebut dalam buku nilainya, sehingga karena merasa tidak dihargai kreativitas siswa tersebut akan hilang dan ditinggalkan.
Apakah semua alumnus pendidikkan itu hanya untuk dijadikan seorang pemikir yang hanya faham deret angka dan teori dengan nilai praktek yang berbanding terbalik?...
Lalu apakah pemberian perhatian dalam sebuah kelas dengan sistem anak emas itu akan dapat memberikan teladan yang baik kepada siswa tersebut?..hal ini akan membentuk mental siswa yang tidak dapat adil dalam bersikap dalam menghadapi masyarakat.
Setelah sampai pada jenjang perguruan tinggi, kita memiliki tridharma perguruan tinggi yang bukan hanya rangkaian kata yang dengan mudah semua orang dapat mengucapkan namun itu adalah sebuah ikrar dan sebuah proses yang harus dihadapi sebagai seorang mahasiswa,
Pendidikkan artinya mendidik secara benar dengan pola yang benar dan dengan porsi pendidikkan yang adil tanpa mengurangi sedikitpun.
Penelitian artinya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar menganalisis sebuah masalah secara mendalam, maalah apa yang seharusnya diteliti?.masalah yang memilki pengaruh yang cukup berdampak bagi kelangsungan masyarakat, karena mahasiswa dengan labelnya “agent of change” harus dapat menjadi tulang punggung pemikir bangsa yang mutiproblem sesuai dengan bidang keilmuannya.
Pengabdian masyarakat artinya seorang mahasiswa belajar untuk berafiliasi dengan khalayak luas sebagai bentuk aplikatif dari label “agent of change” tersebut.
Dan jalani semua proses itu secara tertib, jika mental sejak kecil telah dihancurkan dengan pedoman orientasi nilai dibanding pemahaman, dan rendahnya penghargaan guru terhadap keahlian diluar akademik, itu akan membuat mental individu tersebut lemah dan mudah putus asa.
            Pendidikan karakter bangsa harus dimulai dari pendidikan dalam keluarga, sekolah/ kampus/ pesantren, dan masyarakat. Pendidikan karakter di lingkungan dan masyarakat sangat penting dan sangat membantu dan menentukan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah/ kampus  . Demi terbangunnya sebuah tonggak-tonggak pergerakan yang patuh akan hukum peduli akan nasib bangsa dan menghargai jiwa nasionalisme, dengan satu pola pendidikkan yang bernilai keilmuan bukan nilai semata.
Kita adalah manusia terdidik yang pasti punya sebuah pemikiran dan memahami ideologi, namun sadarkah siapa yang menanamkan ideologi dan konsep berpikir tersebut ? terus berpikir rasional dan kreatif tentang fenomena yang ada akan membantu kita untuk terus berproses dan berkembang.
Selektifitas menjadi seorang PNS terutama dalam profesi pendidikkan lebih diketatkan agar banyak guru yang memiliki jiwa moral yang terbaik, dan menjalankan profesi sebagai sebuah panggilan jiwa seperti Kihajar Dewantara, bukan sebuah profesi matrealisme, dan lulus dalam jurusan pendidikkan sebagai seorang yang memiliki deret moral sebagai standarisasinya, bukan hanya akademik karena mendidik dan pendidikkan bukan hanya akademik tapi juga moral, bukan hanya IQ namun juga EQ, SQ, dan RQ.
bangsa ini gagal karena terlalu result oriented daripada process oriented